Senin, Februari 23, 2009

10 Wajah Para Innovator

IDEO, konsultan design paling inovatif di dunia meluncurkan buku terbarunya “The Ten Faces of Innovations”, penuh dengan kisah-kisah menarik seputar budaya kerja & inovasi di IDEO serta individu-individu yang berperan di dalamnya sehingga menjadikan IDEO sebagai perusahaan design paling inovatif di dunia (No.1), juga merupakan perusahaan yang paling cepat perkembangannya (No. 5 - setelah Google, Apple, Facebook dan GE).

Diulas juga tentang bagaimana IDEO membantu perusahaan-perusahaan besar seperti Kraft, Samsung dan Procter & Gamble, bukan saja mampu meningkatkan penjualan tapi juga mampu mengubah tingkah laku pelanggannya. “The Ten Faces of Innovations”, merupakan panduan luar biasa untuk memelihara dan mempertahankan budaya inovasi dan pembaharuan dalam suatu organisasi/perusahaan.

Berikut adalah ringkasan isi buku ini yang saya sadur dari : www.tenfacesofinnovation.com

Inilah 10 karakter dari para innovator di IDEO yang tentu saja patut diadopsi oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang design juga dibidang yang lain.

THE LEARNING PERSONAS (Para Pembelajar) : Individu dan perusahaan harus terus mengumpulkan sumber-sumber informasi baru dalam rangka memperluas pengetahuan dan terus berkembang, tidak peduli seberapa sukses sebuah perusahaan, tidak boleh ada seorangpun yang merasa puas.

Dunia berubah begitu cepat, ide brilian hari ini mungkin akan menjadi ide kuno keesokan harinya, peran para pembelajar mendorong team agar tidak terlalu fokus pada masalah internal saja dan mengingatkan perusahaan agar tidak berpuas diri atas apa yang telah “dikuasai” atau “diketahui”. Individu yang mengadopsi pola pikir para pembelajar cenderung akan rendah hati dalam memandang dunia luar dan akan dengan mudah menyerap ide-ide baru.

PARA PEMBELAJAR adalah :
1. The Anthropologist
Sang Antropolog adalah individu yang jarang bisa diam, dia lebih suka terjun ke lapangan untuk melihat bagaimana orang berinteraksi dengan produk, layanan, dan tingkah laku konsumen untuk membuat inovasi baru, uniknya Sang Antropolog punya cara pandang tersendiri terhadap masalah-masalah yang dihadapi sehingga menghasilkan solusi dan inovasi baru untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karakteristik Sang Antropolog dalam mengamati sesuatu benar-benar dengan pikiran terbuka, empatif, intuitif dan dapat melihat sesuatu yang luput dari pengamatan orang lain, minat yang tinggi terhadap konsep-konsep inovatif yang harus dipecahkan dan sering menemukan inspirasi dari tempat-tempat yang tidak lazim.

2. The Experimenter
Sang Experimenter lebih menyukai proses daripada alat, akan mencoba dan mencoba lagi untuk mengembangkan ide menjadi karya nyata, ia seorang pengambil resiko yang penuh perhitungan, individu yang satu ini akan membuat model dari suatu produk, layanan ataupun proposal untuk efisiensi mencapai solusi.

Dalam rangka berbagi kesenangan dalam experimennya, Sang Experimenter akan mengajak orang lain untuk berkolaborasi sambil memastikan bahwa seluruh proses ini menghemat waktu dan biaya.

3. The Cross-Pollinator
Sang Pengawin-Silang akan mencoba mengawinkan ide-ide atau konsep-konsep yang nampaknya sama sekali tidak ada hubungannya menjadi ide baru yang mengejutkan, dengan berbekal rasa ingin tahu yang begitu besar dan kemauan untuk terus belajar maupun berbagi, menjadikan Sang Pengawin-Silang membawa ide-ide segar dari dunia luar kedalam perusahaan sehinga perusahaan serasa lebih hidup dengan kehadirannya.

Individu seperti ini dapat dikenali dengan ciri-ciri : openminded, rajin, cenderung berfantasi dalam berpikir, dan kemampuan mendapatkan inspirasi dalam segala situasi.

THE ORGANIZING PERSONAS : Individu-individu selanjutnya adalah para pengatur (The Hurdler, The Collaborator, The Director) mereka tahu cara mendorong perusahaan untuk terus maju dan menjalankan inovasinya walaupun situasi didalam perusahaan begitu rumit.

Di IDEO kami percaya bahwa suatu ide dengan sendirinya akan “berbicara”. Sekarang kita mengerti apa yang telah diketahui oleh The Hurdler, The Collaborator, The Director; bahwa sebagus apapun suatu ide tetap saja akan berpacu dengan waktu, perhatian, dan sumber daya manusia. Mereka tidak mengabaikan pengaturan budget maupun penempatan sumber daya manusia seperti halnya permainan”politik”.

Bagi mereka ini seperti halnya bermain catur, walaupun rumit mereka bermain untuk menang.


THE ORGANIZING PERSONA adalah :

4. The Hurdler / Sang Pelari Gawang
Adalah seorang problem-solver yang tak kenal lelah, individu ini akan bersemangat ketika diminta untuk mengerjakan sesuatu yang belum pernah dia kerjakan sebelumnya.

Ketika berhadapan dengan sebuah tantangan dia akan melewati rintangan dengan tenang dan penuh keyakinan. Ketekunan dan penuh keyakinan inilah yang merangsangnya melontarkan ide-ide yang menghindarkan perusahaan dari kemunduran.

5. The Collaborator
Adalah individu langka yang begitu berharga bagi sebuah team, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, sang Collaborator mampu membujuk sdm dari berbagai disiplin yang tadinya bekerja sendiri-sendiri untuk berkolaborasi dalam sebuah team.

Dia lebih cocok disebut sebagai pelatih daripada bos, sang Collaborator mampu melawati batas-batas tradisional sebuah perusahaan bahwa setiap individu dalam suatu perusahaan harus bekerja dan berperan sesuai dengan posisinya masing-masing tetapi sang Collaborator mampu melebur mereka kedalam sebuah team sehingga mereka memiliki peran dan pengalaman baru dan semua bisa maju bersama dengan penuh percaya diri untuk mencapai tujuan.

6.The Director
Ia lebih tajam dalam hal perencanaan global dan pandai menangani hal-hal yang sangat vital, ia adalah urat nadi bagi sebuah perusahaan. Selain itu ia juga berbakat dalam menata langkah-langkah strategis, memposisikan orang yang tepat, dan membuat segalanya menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan.

Melalui kekuasaan dan inspirasinya, individu seperti ini mampu memotivasi orang-orang disekelilingnya untuk mengambil posisi dan segera mencari solusi ketika tejadi hal-hal diluar dugaan.


THE BUILDING PERSONAS : Empat individu selanjutnya adalah para pembangun, yang berperan memanfaatkan wawasan, pengetahuan serta wewenangnya agar inovasi bisa terwujud. Mereka adalah :

7. The Experience Architect
Sang arsitek begitu fokus untuk menciptakan pengalaman individu yang luar biasa, ia memfasilitasi persaingan positif dalam perusahaan melalui produk, layanan, interaksi digital, maupun tempat kerja. Ia seperti halnya seorang juru masak mampu meramu dan merencanakan sesuatu secara matang untuk menjadikan sesuatu hal yang nampak biasa saja menjadi sesuatu yang luar biasa ditangannya.

8. The Set Designer
Sang set designer mampu membawa suasana ceria di sebuah perusahaan, mereka begitu enerjik, penuh semangat, mampu menciptakan suasana kerja yang ceria dan meriah sehingga merangsang kreatifitas.

Untuk menjaga agar inovasi bisa terus berlanjut, sang set designer menata dan mengatur tempat kerjanya sendiri sedemikian rupa sehingga dengan hanya melihat meja kerjanya saja kreatifitas dan inovasi bisa timbul, baginya tempat dan suasana kerja adalah sebuah modal yang tak kalah pentingnya bagi perusahaan.

9. The Storyteller
Sang storyteller mampu menggugah imajinasi kita melalui gaya bicara, gaya bercerita, kerja keras serta inovasinya. Individu ini mempunyaI kelebihan dalam hal berbicara dan berceritera, ia mampu menggugah emosi, mampu menularkan nilai-nilai positif, mendorong terciptanya kerjasama, mampu membawa kita dan juga perusahaan memandang jauh kedepan.

10. The Caregiver
Yang terakhir merupakan hal yang paling mendasar dari sebuah inovasi tetapi tidak kalah pentingnya adalah seorang Caregiver, melalui empatinya ia bekerja untuk memahami, menjalin serta membina hubungan dengan pelanggan, ia mampu membimbing dengan penuh kesabaran dan membuat pelanggan merasa nyaman.


Itulah ringkasan yang pendek dari buku tersebut namun kita cukup mendapatkan gambaran bagaimana Inspirasi & inovasi bisa lahir dan terwujud.Untuk lebih lengkapnya nampaknya wajib bagi kita untuk membaca keseluruhan isi buku tersebut, untuk terbitan yg bahasa inggris sih saya lihat sudah ada di Gramedia, tapi mendingan nunggu yg terjemahannya aja deh, capek kalo harus nerjemahin 1 buku he he…

Kalau cukup layak bisa dimasukin ke blognya disainkami..
22 Feb’09 – (Asep Nurdin for DisainKAMI)

note: Tulisan ini saya dapat dari kiriman email rekan kerja dan sahabat saya: Asep Nurdin, yang juga aktif menulis di blognya: http://phil0s0phia.wordpress.com/
Thx, Brother..!

[+/-] Selengkapnya...

Selasa, Februari 10, 2009

Valentine day: Jazz Express Your Love


Tidak terasa perayaan valentine hanya tinggal beberapa hari saja. Saya jadi teringat ketika di tahun 2008 lalu, DisainKami mendapat order untuk merancang design sebuah event; yaitu 'Jazz Express Your Love' di hari valentine. Sebuah kerja yang cukup melelahkan, akan tetapi terbayar dengan hasil olah design yang memuaskan. Impas-lah capeknya.

Event ini diadakan sebagai apresiasi terhadap pengguna mobil Jazz, sekaligus me-launching variant anyar mobil Jazz berwarna Pink. Message yang ingin disampaikan adalah: "hadiah valentine kepada orang tersayang juga bisa berupa mobil". Wow... Itu kalau anda mampu, tentunya. Haha..!

Gaya retro yang ditampilkan dengan penggunaan elemen sulur-sulur pada graphic-nya, adalah mandatory dari pihak Principal Honda, agar sesuai dengan thema iklan yang sebulan sebelumnya telah gencar dipasang di berbagai media. Pinky and Girly, lah.

Main Atrium Taman Anggrek Mall Jakarta disulap menjadi sebuah taman. Lengkap dengan gazebo, tanaman perdu putih-pink-merah, juga patung-patung cupid memanah pasangan-pasangan kasmaran pemilik Honda Jazz yang sengaja diundang oleh Honda untuk menikmati acara ini. Sebagai surprise-nya, di panggung utama ada setumpuk 'gunungan' kado. Itu adalah mobil Jazz Pink yang disembunyikan. Pada saat prosesi unveilling, dengan mesin hydrolic yang tersembunyi dibawah panggung maka mobil Jazz tersebut didorong keluar. Seolah-olah muncul dari 'gunungan' kado-kado.



[+/-] Selengkapnya...

Kamis, Januari 22, 2009

Sujiwo Tejo 'mendalangi' masuknya RBS Bank ke Indonesia

Apa yang terjadi ketika dua budaya yang sama2 besar dan kuat ingin melebur? Ada banyak kemungkinan dan skenario, tentunya. Pilihan harus dijatuhkan kepada skenario terbaik tanpa mengalahkan salah satu pihak. Itulah yang terjadi ketika The Royal Bank of Scotland (RBS) akan melakukan Grand Launching dan Rebranding di Indonesia. Event ini dilakukan setahun setelah RBS Bank milik pemerintah Inggris mengakuisisi ABN Amro bank secara global. RBS Bank sebagai sebuah institusi keuangan yang kuat di 50 negara dan memiliki sejarah panjang selama 180 tahun akan melebur ke dalam budaya Indonesia. Dalam arti, akan berkomitmen melayani nasabah Indonesia.

DisainKAMI pada tgl 18 november 2008 lalu, membantu rekan-rekan dari BiruApi Event and Communication mempersiapkan acara Grand Launching Rebranding RBS Bank yang diberi nama "RBS Blue Day".

Setelah berkutat selama 2 bulan mempersiapkan segala skenario konsep, maka atas saran DisainKAMI diambillah jalan tengah untuk 'meleburkan' dua budaya, yaitu (budaya) Corporate Image RBS Bank yang kuat-tegas dengan budaya Indonesia yang harus tampil diatas panggung launching. Kompromi itu dilakukan dengan mendaulat Sujiwo Tejo sebagai 'Dalang' pembuka acara. Impressive dan pasti bisa Grabbing Attention 800 undangan di malam acara launching; itulah yang terbayang dibenak saya ketika melontarkan ide tersebut. Dan bagaimana hasilnya? Luar biasa! Anda bisa baca komentar dari beberapa petinggi RBS Bank diakhir tulisan saya ini.

Terimakasih kepada teman-teman dari BiruApi yang telah sukses mengemas dan mengkoordinir acara Blue Day ini. You are all the best, guys!




Inilah komentar dari beberapa petinggi RBS akan kesuksesan acara malam itu:

"I personally wrote this on behalf of myself and the management team to thank each one of you for your significant contributions that each of you has done to make the Blue Day for Indonesia very successful and remarkable. These events are not only being the hot topic of the country, but also in the region. I and the management team still received notes from regional senior mangement and integration team thanking the Indonesia team for such a wonderful and overwhelming Blue Day events. Below are some notes that we received for sharing with you"
Thanks and regards,
Sonny Samuel
Interim CE

Muhammad Aurangzeb (Head of GBM South East Asia and Pakistan and Country Head of RBS Singapore):
"... Massive logistic coordination. Grand and high impact !! We should have thought something similar...."

Jim Brown (CEO Retail and Commercial Asia):
".. I have attended Blue Day in many other countries, but looking at what happened in the client event last night, it is the most successful Blue Day I have ever attended..."

Paul Chen (Business Manager to John McCormick - Head of GBM Asia Pacific):
"... The rebraning was amazing! I can't begin to imagine the hard work that went behind it by everyone. From the client event being immaculately well-planned & posh, ... - all of these only serve to show the creativity, the focus, the attention to detail, the ability to execute skills that team Indonesia possess. I wish all countries can be like that ..."

Geraldine Kennedy (Head of Asia Rebranding):
"Congratulations on a job very well done, I think the team truly surpassed themselves and you have set the bar for the rest of the Blue Days! Thank you for your commitment and energy, the support and efforts from the Indonesia team has been exceptional. We couldn't have asked for a better introduction of RBS to the Indonesia market!"

Lindsay Mills (Regional Rebranding Project Manager):
"I just wanted to take this opportunity to say what a pleasure it has been to be on this rebranding journey with you. My role of tracking, co-ordinating, chasing and approving hundreds of items has been made so much easier by your endless enthusiasm."

Fiona Gibson (Asia Rebranding & Communications Integration Programme):
"Everyone here (read: in the region) is still raving about the Indonesian rebrand. It was perfect."

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, Januari 18, 2009

Belajar ala Tukul Arwana

Seorang teman pernah bertanya, "BTL activities itu definisinya apa ya? Contoh kegiatannya bagaimana? Tolong dong, besok lusa saya presentasi ke Klien nih, penjelasannya kirim by email ya...". Waduh, dapat pe-er lagi deh...

Jujur saja saya bukan seorang marketer atau pernah belajar marketing, jadi soal definisi BTL atau 'Below The Line activities' sebenarnya saya juga sama gak mudengnya dengan teman tersebut. Memang benar bahwa lingkup pekerjaan saya di DisainKAMI erat berhubungan dengan istilah itu. Akan tetapi kalau sudah menyangkut 'definisi'... wah, saya bukan the expert one. :)

Alhasil, demi pertemanan saya terpaksa belajar lagi. Jadi ingat kata Tukul Arwana di acara 4mata, "Hidup kok belajar terus". Haha! Dan inilah hasil belajar saya yang nabrak sana-sini dan comot sana-sini :)

Ibu Amalia E. Maulana, seorang praktisi marketing dan dosen pasca-sarjana di dalam blog pribadinya mengatakan;

Sebenarnya istilah LINE (yang berarti garis) dalam ATL dan BTL itu berawal dari kategorisasi dalam neraca keuangan. Kategori pertama berlaku bagi kegiatan pemasaran yang kena komisi biro iklan. Ini dimasukkan dalam ‘cost of sales’ dan dikurangi sebelum ditentukan gross profit. Kategori kedua untuk kegiatan pemasaran non iklan yang tidak kena komisi. Biayanya dimasukkan dalam biaya operasional dan dikurangi sebelum ditentukan net profit.

Kedua jenis budget tersebut dipisahkan dengan sebuah garis (LINE). Yang mengandung unsur komisi, ditulis di bagian atas neraca, disebut sebagai Above the line (ATL). Sisanya, dijadikan satu di bawah garis tadi, disebut kelompok Below the line (BTL). Sudah banyak yang melupakan definisi awal komunikasi ATL vs BTL tersebut.

Jika menurut Wikipedia; Below The Line dijelaskan sebagai berikut:

Below the line sales promotions are short-term incentives, largely aimed at consumers. With the increasing pressure on the marketing team to achieve communication objectives more efficiently in a limited budget, there has been a need to find out more effective and cost efficient ways to communicate with the target markets. This has led to a shift from the regular media based advertising.

Jadi kalau boleh disederhanakan, aktifitas Below The Line itu memiliki karakter:
1. Target audiens-nya terbatas
2. Media atau kegiatannya memberikan audiens kesempatan untuk merasakan, menyentuh atau berinteraksi, bahkan langsung action membeli.
3. Aplikasinya pada Event, Sponsorship, Sampling, Point-of-Sale (POS) materials, Consumer promotion, Trade promotion, dll

Dalam perkembangan saat ini, dengan makin banyaknya media-media baru iklan, terutama yang berbasis teknologi tinggi, batasan ATL dan BTL dirasa semakin kabur. Bisa kita bayangkan berapa banyak budget yang harus dianggarkan untuk bertempur di semua media itu demi iklan.

Atau barangkali bisa kita balik analoginya. Sebagai 'sasaran' iklan, dari sejak kita membuka mata pagi hari sampai mau tidur malam hari gempuran iklan terus menggedor. Semua produk berebut masuk ke dalam memory otak kita. Baca koran, iklan... dengar radio, iklan... lihat TV, iklan... bahkan di cangkir kopi-pun ada iklan: logo produk pasta gigi pemberi hadiah cangkir itu. Lebih hebatnya lagi, iklan juga mulai masuk ke dalam 'wilayah pribadi' anda. Handuk mandi yang dipakai juga ada logo sabun pencuci! Alamak... Anda adalah tawanan/sandera iklan di rumah anda sendiri.

Ketika anda melangkahkan kaki keluar rumah untuk bekerja, apakah anda lolos sebagai sandera iklan? Eit, tunggu dulu... Coba tengokkan ke kanan-kiri, berapa banyak billboard, baliho, spanduk, pamflet, dan selebaran iklan yang berusaha tampil masuk ke dalam lensa mata kita. Apakah anda melihat iklan produk di belakang bak truk ketika berhenti di lampu merah? Juga foto-foto wajah tak dikenal para Caleg Pemilu 2009 di pohon depan rumah anda?

Sst..., sadarkah anda saat ini sedang membaca sebuah iklan? (hint: jawabannya ada di akhir tulisan ini) :)

Ya, seperti itulah memang tujuan iklan, berusaha masuk dan menguasai memory otak kita. Kalau perlu gempurannya 360derajat. Anda bisa menghitung jumlah keseluruhan produk iklan yg menggempur anda sejak bangun tidur hingga malam jelang tidur? Anda adalah orang yang luar biasa apabila dapat menyusun daftarnya, karena saya yakin jawaban anda adalah, " Arrgh... EGP lah, emang gue pikirin semua iklan itu?"

Tepat seperti itulah yang disadari oleh para Marketer dan Praktisi Biro Iklan. Gempuran yang menggebu dari iklan terhadap prospek di semua sisi kehidupannya malah membuat kebingungan dan alih-alih mengingat, bisa jadi malah prospek mencibir. Sehingga kemudian dalam perkembangannya dikenal istilah IMC; Integrated Marketing Communication. Sebuah peleburan batas antara ATL dan BTL.

Menurut Wikipedia, Integrated Marketing Communications (IMC), according to The American Marketing Association, is “a planning process designed to assure that all brand contacts received by a customer or prospect for a product, service, or organization are relevant to that person and consistent over time." Yang dalam praktek-nya IMC bertujuan untuk memanipulasi semua pancaindera prospek dan konsumer. Anda akan percaya, bahwa kecap ini adalah nomor satu apabila anda telah merasakan kelezatannya, membaui aromanya, merasakan kelembutan cairannya di tangan anda, menggenggam botol kemasannya, atau bahkan mendengar suaranya ketika di goreng. Itulah IMC. Kontak langsung dengan pancaindera.

Atau ada juga yang mengistilahkan IMC menjadi TTL, 'Trough The Line'. Istilah ini secara harafiah berarti ‘cakupan dari ujung satu ke ujung lainnya’. Istilah TTL diperkenalkan untuk menjembatani pihak perusahaan jasa komunikasi periklanan yang ingin membuat gambaran kongkrit terhadap segmen jasa kreatif komunikasi yang ditawarkannya. Esensinya tetap peleburan antara ATL dan BTL. Ada kegiatan ATL yang mengandung unsur BTL. Atau sebaliknya, BTL yang mengandung unsur ATL. Contoh ATL dengan BTL adalah iklan sebuah brand di majalah yang sekaligus ditempeli sample produknya. Sedangkan contoh BTL dengan ATL: kegiatan event di outlet tertentu yang disebarluaskan lewat iklan radio dan sms.

Menurut ibu Amalia E. Maulana, dengan situasi baru seperti sekarang ini, dimana jasa yang ditawarkan oleh biro iklan dan biro pendukung kegiatan komunikasi non-iklan sudah sangat terfragmentasi, penggunaan istilah komunikasi ATL vs BTL menjadi tidak relevan lagi, dan sudah waktunya ditinggalkan. Mungkin ada baiknya mulai sekarang kita lupakan saja istilah LINE. Forget the line! It is the end of the line. Adapun istilah baru, IMC atau TTL menurutnya tidak akan menjadi solusi untuk memperjelas perbedaan konsep dan prinsip dalam kegiatan komunikasi pemasaran.

Sebagai gantinya, sebaiknya kegiatan komunikasi pemasaran dibagi dari segi tujuan komunikasi itu sendiri. Dalam proses brand building, ada dua tahap penting yang cukup signifikan bedanya yaitu (1) tahap ”Awareness+ Image building” dan (2) tahap “Interest, Trial dan Loyalty building” (yang popular dengan istilah Brand Activation).


Gambar diatas adalah booth Telkomsel Education Center yang berada di Bandung Electronic Center (BEC), Bandung, sebagai contoh kegiatan tahapan Awareness dan Image Building. Kegiatan pameran yang dijadwalkan berlangsung hingga akhir February 2009 ini lebih menitik beratkan pengalaman langsung prospek terhadap produk Telkomsel. Di booth tersebut anda bisa merasakan kecepatan konektivitas jaringan Telkomsel dan berinteraksi langsung mencoba feature-feature unggulan produknya. Yang menarik adalah, ketika anda mencoba konektivitas 3G Telkomsel secara gratis melalui handset yang tersedia, saat itu juga tampilan di layar screen akan sama persis seperti tampilan di handset yang anda pakai. Begitu juga dengan tampilan di laptop yang tersedia, yang koneksi internetnya menggunakan kartu Telkomsel, langsung tampil pada layar besar di screen. Real time, real promise, tidak ada kebohongan iklan :)



Gambar diatas adalah contoh tahapan 'Interest, Trial and Loyalti Building'. Program ini disebut Telkomsel Bus-Buzz, yaitu sebuah Mobile-cafe dimana prospek bisa langsung mencoba semua feature Telkomsel dengan treatment ala cafe yang cozy, ramah, no-gap at all. Design yang sempat di develop oleh DisainKAMI ini sayangnya tidak bisa terealisasi oleh karena proyek ini dibatalkan tanpa sebab yang jelas :(

Sekitar 2 tahun yang lalu saya pernah mengikuti workshop Markplus Institute of Marketing, dan pak Hermawan Kartajaya sebagai narasumbernya mulai memperkenalkan istilah New Wave Marketing. Apa pula, ini? Untuk bahasan lebih jelas tentang New Wave Marketing, anda bisa membeli bukunya yang telah diterbitkan beberapa waktu lalu. Oleh karena keterbatasan saya tentang ilmu Marketing dan juga belum membaca buku tersebut (haha..!) mohon maaf apabila saya hanya bisa mengerti sepotong saja.

Ketika di workshop itu (sekitar awal tahun 2007) pak Hermawan mengatakan, bahwa New Wave Marketing adalah kegiatan periklanan yang memanfaatkan media Online, oleh karena perkembangan teknologi sehingga media iklan juga ikut bergeser. Portal berita online, Forum internet, Blog, Facebook, Youtube, Digg, Stumble Upon, dan lain-lain adalah media iklan masa depan. Media dimana para prospek/konsumen bisa mengelu-elukan produk kesayangannya, berbagi info dan berinteraksi dengan sesama pelanggan lainnya, mengkritisi, complain atau bahkan mencaci-maki tentang suatu produk. Ya, itulah New Wave Marketing. Menempatkan prospek ke dalam sisi aktif interaksi sebuah produk. Ingatlah, bahwa prospek sudah jenuh dengan gempuran iklan 'kecap nomor 1'. Prospek anda lebih percaya kepada omongan orang lain! Itulah yang terjadi. Bukankah hal ini pula yang ingin anda capai lewat iklan? Words of mouth. (Saya jadi ingat Presiden Amerika Barack Obama, yang rajin berinteraksi dengan konstituen-nya melalui media online)

Jika saya boleh menyederhanakan, prospeklah yang mencari iklan anda. Bukan iklan yang menggempur dan memaksakan diri bertengger di benak memory prospek/konsumen.

Nah, inilah jawaban pertanyaan saya tadi tentang 'sadarkah anda saat ini sedang membaca iklan?' Jika anda membaca hingga tulisan ini, maka jangan salahkan saya apabila DisainKAMI menempati posisi atas di memory anda. Karena anda yang mencari iklan di blog ini, bukan DisainKAMI, haha..!

Terimakasih.

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, Juli 23, 2008

Berubah itu Menakutkan

Suatu kali DisainKaMI pernah di telepon oleh staff marketing suatu perusahaan provider besar Indonesia yang berwarna biru. "Tolong dong, kita mau pameran produk konten 3G. Saya pribadi kepinginnya bisa tampil baru, freshlook, modern,hi-tech, lepas dari apa yang pernah kita kerjakan sebelumnya. Kalau ada design kan nanti saya lebih enak membujuk management". Begitu bunyi telepon dari si-Mbak marketing.

Terlihat 'berbeda' di pameran/event kadang bisa menakutkan bagi beberapa perusahaan di industri conservative, seperti bank, insurance atau konstruksi/engineering. Pilihan untuk 'melarut' dan kompromi biasanya lebih bisa diterima oleh semua pihak sebagai philosophy populer. Lantas apa yang bisa dilakukan oleh si-Mbak Marketing tadi untuk bisa membujuk 'upper-management' mencoba sesuatu yang baru supaya booth-nya bisa menarik perhatian?

1. Dekati salah satu 'petinggi management' yang dianggap openminded. Sukur sukur kalau beliau juga ramah. Targetkan satu petinggi saja, semakin banyak semakin repot hehehe... Menangkan hatinya dengan ide baru anda yang segar itu. Terus mintalah beliau untuk juga membujuk grup 'papan-atas' lainnya.

2. Ambil sebuah langkah bayi. Mintalah untuk diberi keleluasaan berexperiment dengan event yang kecil dulu. Pilihlah event yang kecil dan yang kurang penting. Dokumentasikan kesuksesan dan kemajuan event itu dengan tolok ukur yang telah saya berikan diposting sebelumnya. Jadikan dokumentasi anda itu sebagai amunisi untuk 'menodong' management.

3. Jangan terapkan konsep lama yang membosankan. Buatlah konsep baru. Begitu juga ketika anda mempresentasikan dokumentasi event, jangan memulai dengan perbandingan. Apalagi dengan kata pembuka, "Ini yang biasanya kita lakukan, dan ini yang baru". Jangan. Lebih baik lakukan dengan sesuatu yang baru, "Ini yang kita lakukan!" secara bersemangat. Akan lebih afdol kalau seandainya yang baru itu memiliki 2 pilihan. Dan keduanya adalah tetap sesuatu yang baru! haha..!

4. Turun ke bawah. Mintalah salah satu executive untuk bisa meluangkan waktunya melihat jalannya pameran/event baru yang anda kerjakan itu. Biarkan beliau mendapatkan perspektifnya sendiri. Seeing is believing, bukan?

DisainKaMI juga pernah mendapat 'order' membuat design re-branding Bank International Indonesia - wealth management. Konsep dan philosophy nya sendiri sudah dibuat oleh biro iklan yang menangani. Jadi DisainKaMI cuman kebagian meng-create ambiance ballroom hotel dan panggungnya. Ini dia disainnya:









Lantas bagaimana dengan cerita tentang si-Mbak Marketing di awal cerita tadi? Tidak berhasil. Si-Mbak tersebut tidak berhasil menjalankan misinya. Entah dimana letak gagalnya. Ternyata 'berubah' itu cukup menakutkan ya?....

[+/-] Selengkapnya...